Meski telah resmi menjadi milik Sultan Kutai Kartanegara, istana baru ini lebih difungsikan sebagai kantor lembaga kesultanan serta sebagai tempat pelaksanaan acara seremonial oleh Sultan atau Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Arsitektur Kedaton Kutai Kartanegara merupakan perpaduan gaya modern dan gaya istana Kerajaan Kutai Kartanegara.[1] Ruangan istana nampak megah dan mewah dengan tatanan Singgasana Sultan di kelilingi oleh kursi yang terbuat dari emas.[1] Di sebelah kiri Singgasana terdapat Gamelan Jawa.[1] Di dalam Kedaton juga terdapat banyak ukiran yang berciri khas adat Kutai, Dayak dan Jawa untuk menunkukkan bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara memiliki hubungan sejarah yang erat dengan suku Dayak dan kesultanan di Jawa.[1]
MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG WISATA EDUKASI BUDAYA BERSEJARAH KESULTANAN KUTAI KERTANEGARA
Dalam catatan penulis pada saat memandu perjalanan wisata edukasi budaya bernilai sejarah dan wisata astronomi di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Museum Mulawarman merupakan obyek wisata yang sangat edukatif. Di sini kita akan banyak menemukan suatu nilai budaya yang bernafaskan Islam. Di dalam lingkungan Kesultanan terdapat pemakaman keluarga Kerajaan Kutai Kartanegara dan Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin, hal ini merupakan bukti saksi sejarah masuk dan berkembangnya Islam di tempat ini.
Di area Museum Mulawarman kini telah dibangun Alas Kedaton sebagai tempat kediaman Sultan Aji Muhammad Salehuddin II yang telah dinobatkan kemabli pada tahun 2002. Di dalam Museum Mulawarman tersimpan benda-benda sejarah yang pernah digunakan oleh Kesultanan seperti singgahsana, pakaian kebesaran, tempat peraduan, tombak, keris, meriam, kalung dann prasasti Yupa, tidak ketinggalan koleksi keramik dari China.
Menurut sumber informasi yang penulis dapatkan dari salah seorang pengelola Museum Mulawarman. Di tempat ini setiap bulan November dilaksanakan Upacara Erau, yaitu tarian khas upacara adat dan mengulur naga di desa Kutai Lama. Pada setiap upacara Erau juga ditampilkan atraksi seni budaya baik berupa tarian tradisional dan upacara adat dari berbagai suku yang ada di Indonesia serta manca negara.
Museum Mulawarman |
Museum Mulawarman terdiri dari dua lantai. Dari pengamatan penulis dilantai bawah banyak terdapat koleksi keramik dari negeri China, sedangkan dilantai satu berisi koleksi peninggalan bercorak kesenian. Di dalam Museum Mulawarman ini masih terdapat benda-benda yang digunakan pada waktu penobatan raja, koleksi benda-benda bernilai bersejarah yang masih tersimpan rapih dan terawat, benda-benda ini pernah dipergunakan oleh Kesultanan Kutai Kartanegara, seperti :
- Singgasana, sebagai tempat duduk Raja dan Permaisuri yang terbuat dari kayu, dudukan dan sandarannya diberi lapisan kapuk yang berbungkus dengan kain berwarna kuning, sehingga tempat duduk dan sandaran kursi tersebut terasa lembut. Kuryang dibuat dengan gaya Eropa, dan pembuatnya salah seorang Belanda bernama Ir. Vander Lube pada tahun 1935.
- Patung Lembuswana yang merupakan lambang dari Kesultanan Kutai, di buat di Birma pada tahun 1850 dan tiba di Istana Kutai pada tahun 1900. Lembu Swana diyakini sebagai tunggangan Batara Guru, nama lainnya adalah Paksi Liman Janggo Yoksi, yang berarti lembu yang bermuka gajah, bersayap burung, bertanduk seperti sapi, bertaji dan berkuku seperti ayam jantan, berkepala raksasa dilengkapi pula dengan berbagai jenis ragam hias yang dijadikan patung ini terlihat indah.
- Kalung Uncal, benda yang merupakan atribut dan benda kelengkapan kebesaran Kesultanan Kutai Kartanegara yang dipergunakan pada waktu penobatan Sultan Kutai menjadi Raja pada waktu Sultan merayakan hari kelahirannya, dan penobatan Sultan serta acara sakral lainnya.
- Meriam sapu jagad peninggalan VOC Belanda.
- Seperangkat alat kesenian tradisional gamelan dari Kraton Yogyakarta 1855.
- Arca Hindu.
- Ulap Doyo, hasil kerajinan Suku Dayak Benuaq.
- Duplikat Prasasti Yupa, disini hanya disimpan dan dipajang duplikatnya saja, sedangkan untuk yang aslinya disimpan di Musium Nasional di Jakarta.
Prasasti Yupa adalah prasasti yang ditemukan dibukit Brubus, Kecamatan Muara Kaman, ke-7 (tujuh) prasati ini menandakan dimulainya jaman sejarah Indonesia yang merupakan bukti tertulis pertama yang ditemukan berupa aksara pallawa dalam bahasa sanskerta.9. Dan lain-lain
Adapun di belakang area Museum Mulawarman banyak terdapat cinderamata yang diperjualkan sebagai cideramata khas budaya dayak bagi para pengunjung yang berupa batu perhiasan dan cinderamata lainnya.
Dengan melakukan perjalanan mngunjungi museum di beberapa daerah Indonesia, kita banyak belajar dari sebuah perjalanan sejarah. Semoga pengalaman yang penulis ceritakan kepada para sahabat dapat mebuka cakrawala pengetahuan kita tentang keberadaan keunikkan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar